http://www.blogger.com/choose-gadget?blogID=6045413722452356592&sectionId=footer-2-1

timezone004.blogspot.com

Senin, 18 April 2011

Dapat Duit, Perompak Tak Ucap Good Bye

VIVAnews -- Awak kapal MV Sinar Kudus sedang harap-harap cemas menanti uang tebusan yang akan membebaskan mereka dari moncong senjata para bajak laut Somalia.

Kesepakatan memang sudah dibuat, namun, berita adanya kapal militer Indonesia yang mendekat membuat para perompak murka. Awak kapal diikat di dek kapal, sementara satu anak buah kapal (ABK) yang sakit dibiarkan di dalam dengan pengawasan penuh.

Aep Saepudin, warga Indonesia yang pernah disandera 10 bulan dalam kapal tuna milik Taiwan, Win Far 161 mengatakan, para perompak pada dasarnya hanya menginginkan uang tebusan. "Saat kapsul berisi uang tebusan diturunkan, ABK mengambilnya, dan langsung menghitung uang itu," kata Aep saat dihubungi VIVAnews.com, Senin 18 April 2011 malam.

Setelah dihitung pas sesuai tuntutan, uang langsung diserahkan pada para pembajak. "Saat itu perompak yang datang banyak sekali, ada leadernya, bos, seperti syukuran tebusan sudah diterima," kata Aep.

Pria asal Bandung itu menggambarkan, saat itu ada 30 perompak di atas kapal, sementara di sekeliling kapal ada lima speedboat yang diparkir. "Uang itu langsung dibagi di atas kapal. Tanpa mengucapkan selamat tinggal, good bye sekalipun, mereka langsung meninggalkan kapal," kata Aep. "Saya hanya mendengar mereka berteriak go..go! Lalu pergi."

Aep hanya mengingat, di hari pembebasannya 22 Februari 2010, hanya penerjemah yang menemui para awak kapal. "Dia bilang, kapal Anda sudah bebas, dalam jarak beberapa mil, sudah ada kapal angkatan laut yang menunggu," kata dia.

Saat itu, ungkap Aep, Win Far 161 dijemput satu kapal China dan dua kapal Taiwan. "Semua kapal angkatan laut, destroyer yang mengawal kami. Takutnya dibajak lagi," tambah dia.

Namun, cerita Aep, tak semua awak kapal bisa pulang. Dua awak kapal, dari Indonesia dan China meninggal dalam penyanderaan. "Tujuh bulan disandera, kawan saya dari Indonesia meninggal," kata dia.

Aep menceritakan, jasad rekannya itu dibawa ke daratan. "Karena dia muslim, perompak bilang ia akan dimakamkan di darat. Namun di mana makamnya saya tidak tahu, atau apakah dia dikubur atau dibuang, Wallahualam."

Sementara, jasad koki asal China dilempar begitu saja ke laut. "Seperti membuang bangkai binatang," kata Aep. Itu adalah pengalaman buruk yang diingatnya selama penyanderaan, yang jauh lebih berat daripada makan ikan tuna hasil tangkapan setiap hari, hingga bosah, dan akhirnya tuna-tuna ribuan ton itu busuk.

"Kami juga lihat kapten kapal Rusia ditembak dan jasadnya dilempar ke laut. Waktu itu penyenderaan sudah bulan kesembilan, pihak Rusia menolak negosiasi," tambah Aep.

Apakah trauma dengan penyanderaan? Aep mengaku tidak. Ia malah merasa tertantang untuk kembali berlayar, bahkan melewati lautan Somalia. Namun, ia mengaku pemerintah harus menyediakan konseling untuk mengatasi trauma para awak kapal. "Kondisi disandera sangat traumatis." (eh)
• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar